Sunday, April 9

Tips Menjadi Pendatang di Jakarta

Jakarta adalah kota harapan bagi semua orang, harapan akan kehidupan yang lebih baik, gaji yang lebih besar, pekerjaan yang lebih mudah didapat, hingga impian akan masa depan yang cerah. Gelombang 12 juta manusia dikota ini memang luar biasa, dari pecel lele hingga pekerja digedung-gedung bertingkat semua datang dengan impian yang sama: Kehidupan yang lebih baik.

Masalah-masalah yang dihadapi kaum pendatang itu sangat beragam mulai administrasi seperti KTP, kebutuhan dasar macam tempat tinggal, mencari rumah, hingga culture shock, perbedaan budaya, menghajar setiap saat dikota ini. Beruntung Jakarta adalah kota yang heterogen sehingga tipe manusia apapun bisa hidup dikota ini.

Menurut saya untuk bisa sukses dan hidup normal bahagia dikota ini antara lain kita harus:

1. Menikah,
Ya, dan ini sudah saya kerjakan. Saya menikah cepat, istri saya adik kelas di UGM, sama-sama pendatang. Istri dari Malang dan saya dari Cirebon. Dengan menikah hidup kita lebih terkendali, pengeluaran lebih terencana, tidak ada pelampiasan negatif dikehidupan malam / hedon, dan tentunya ada support yang luar biasa dari pasangan kita.

2. Bina hubungan baik,
Jakarta memang keras, membina hubungan baik bisa dilakukan dengan siapa saja. Mulai tukang pecel lele, tukang cuci sampai bos-bos dikantor. Memang terkadang agak sulit, apalagi kita tidak punya siapa-siapa disini. Saudara jauh terkadang tidak bisa diandalkan. Mau tidak mau hubungan baik harus dibangun sejak awal pertama kali mendarat di Stasiun Senen misalnya. Membina hubungan ini dimulai dari:
a. Tempat makan,
b. Transportasi,
c. Kantor,

3. Bangun semuanya dari awal, dan beranilah mengambil resiko
Mulailah dari kost-kostan 150 ribu, 450 ribu, 700 ribu, 1.5 juta kemudian rumah kontrak, dan akhirnya rumah sendiri. Mulailah dari memilih P19 daripada busway, memilih sepeda motor daripada feeder. Mulailah dari tidak memiliki TV, hanya memiliki radio kecil. Tanamkan semangat membangun sejak dini.

4. Analisalah apapun,
Ya, pendatang punya sense tersendiri yang berbeda. Analisalah apapun disekitar kita. Mulai dari selisih harga kost-kostan, mulai dari selisih harga rumah. Mulai dari bentuk gedung-gedung di Sudirman. Hingga menganalisa perbedaan tukang pecel dari Surabaya, Lamongan atau dari Malang!. Ketajaman analisa ini bisa semakin melekat tidak hanya dalam kehidupan sehari-hari tapi juga dalam pekerjaan.

[sumber: priandoyo]